Rabu, 29 Januari 2014

PR Online / E-PR


PR Online atau biasa disebut E-PR muncul ketika internet memainkan peranan penting dalam perkembangan ICT (Information and Communication Technologies). Sehingga kalangan bisnis memandang internet bisa menjadi media komunikasi strategis untuk menjalankan fungsi PR dalam organisasi. E-PR kemudian menjadi tantangan baru bagi strategi PR yang selama ini dilakukan secara offline.
Istilah E-PR merupakan bentuk penerapan perangkat ICT untuk kegiatan PR. Seperti menyebarkanpress release, membangun komunikasi dengan stakeholders, mempublikasikan kegiatan perusahaan dan sebagainya. Saat ini parktisi PR mau tidak mau harus memanfaatkan ICT untuk menjalankan komunikasi yang efektif dan efisien. Mengirimkan press release kini tidak lagi melalui pos atau fax, tapi cukup melalui email. 
Sejumlah korporat yang memiliki website dan dikelola dengan baik, juga mempublikasikan press release di website-nya, sehingga media tinggal men-download. Misalnya di http://www.bi.go.idhttp://www.pertamina.comhttp://www.depdag.com, dan lain-lain.
Saat ini praktisi PR dituntut bisa memposisikan diri dalam E-PR. Sehingga sumber daya manusia yang dibutuhkan korporat adalah orang yang handal berselancar di dunia maya dan tahu ke mana saja mereka harus berselancar untuk membangun corporate image. Seperti dikatakan pakar bisnis dan ICT BJ Onggo, seorang praktisi E-PR harus mampu mengembangkan content untuk format distribusi apa saja (media cetak, radio, TV, situs web, e-mail, iTV, PDA, WAP, Usenet dan sejenisnya) agar dapat dengan tepat menjangkau berbagai macam audiens.
Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh organisasi bila menerapkan E-PR:
  • Real time. Aktivitas komunikasi bisa dilakukan dengan cepat
  • Komunikasi konstan. Karena E-PR menggunakan internet maka internet ibarat sekretaris yang tidak pernah tidur selama 24 jam dengan potensi target publik seluruh dunia.
  • Interaktif. Penggunaan E-PR memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah, karena publik bisa memberikan feedback secara langsung dan cepat.
  • No boundaries. Tidak ada batasan komunikasi dalam E-PR, sehingga bisa terhubung ke mana saja selama ada jaringan internet.
  • Multi media. E-PR dapat menyajikan informasi kepada publik dengan menggabungkan berbagai media seperti tulisan (script), gambar (grafis), dan suara (audio), bahkan audio-visual (film, video) dalam satu kesatuan.
  • Ekonomis. Komunikasi menggunakan internet untuk menjangkau publik yang luas lebih murah daripada media konvensional.
Beberapa perangkat yang sering digunakan dalam E-PR:
  • Email. Biasanya untuk mengirimkan surat-surat elektronik, press release, dan informasi lainnya.
  • Milis atau mailing list. Berisi kumpulan alamat email yang saling terhubung untuk membentuk komunitas tertentu. Misalnya antara organisasi dengan publik.
  • Website. Untuk mempublikasikan berbagai informasi tentang organisasi kepada publik, baik itu profil, berita, press release, dan informasi penting lainnya.
  • Jejaring Sosial. Membangun hubungan dengan audiens bisa menggunakan situs jejaring sosial seperti friendster, facebook, dan lain-lain.
  • E-Bussiness Card. Kartu bisnis elektronik bisa dikirimkan ke banyak audiens.

Pidato

Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. 

Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan.

Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai.

Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karier yang baik. 

Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya. 

Dalam berpidato, penampilan, gaya bahasa, dan ekspresi kita hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya diri menyampaikan isi dari pidato kita, agar orang yang melihat pidato kita pun tertarik dan terpengaruh oleh pidato yang kita sampaikan.

Aturan dasar membuat press release


Mappatoto (1993) menggambarkan struktur piramida terbalik dalam pembuatan siaran pers sebagai berikut:
prrr
Di sini dijelaskan bahwa judul berfungsi sebagai etalase berita yang harus ditulis dengan bahasa yang jernih sehingga tidak menimbulkan pengertian ganda. Baris tanggal adalah ruang untuk menunjukkan tempat berita dibuat dan tanggal pembuatan berita. Sebaris dengan “creditline” yang menunjukkan jati diri media. Alinea pertama dari berita disebut pusat perhatian maksimal atau teras, atau lead, atau introdari berita yang dapat disarikan untuk dijadikan judul berita. Isi teras berisi jawaban semua unsur 5 W + 1 H (disebut teras formal) atau jawaban dari dua atau tiga unsur saja (teras informal). Sesudah teras bagian berikutnya disebut Tubuh Berita, tempat menguraikan lebih lanjut unsur-unsur tersebut. Latar berita merupakan keteranga yang akan memperjelas unsur “siapa, apa, dimana, mengapa, dan bagaimana”. Sedangkan bagian rangkuman sebenarnya merupakan latar yang berisi “catatan dibuang sayang” dari suatu peristiwa. Bagian ini dapat dipotong kalau ruangan tidak mengijinkan.
Austin (1996) menyarankan agar PR membaca surat kabar––lokal dan nasional––dan mempelajari gaya bahasa yang mereka gunakan. Tulislah siaran pers dengan gaya surat kabar yang akan dikirimi tulisan tersebut. Siaran pers yang ditulis harus meniru gaya artikel dalam surat kabar itu. Sebagai contoh bila mereka selalu mencetak nama lengkap gunakan nama lengkap dan bukannya singkatan.
Untuk menarik perhatian pembaca, Austin menjelaskan beberapa aturan dasar yang biasa digunakan wartawan untuk menarik perhatian pembaca. Aturan tersebut juga berlaku ketika menulis siaran pers, yaitu:
  • Memilih judul yang positif (aktif) dan bukannya pasif.
  • Paragraf pertama (lead) harus tajam dan ringkas; antara 12 sampai 20 kata merupakan ukuran yang ideal.
  • Usahakan supaya kalimat dan paragraf pendek-pendek.
  • Hindari kata yang berlebihan seperti “ini” dan “itu”, serta kata keterangan dan kata sifat yang tidak perlu. Anda tidak perlu mengatakan bahwa sesuatu “hebat” atau “fantastis”. Kalau itu sehebat yang anda nyatakan, maka akan jelas dengan sendirinya dari teks yang anda tulis.
  • Hindari kata-kata panjang karena kolom surat kabar sempit.
  • Hindari istilah khusus dan penggunaan singkatan.
  • Jawab enam pertanyaan ––siapa, mengapa, apa, bilamana, di mana dan bagaimana. Kalau anda tidak menjawab keenam pertanyaan ini maka siaran pers anda tidak berisi semua informasi yang diperlukan wartawan.
  • Jangan menulis awal, bagian tengah dan akhir. Masukkan semua butir yang penting pada awal siaran pers. Kalau artikelnya terlalu panjang mereka akan memotongnya dari bawah dan jika Anda meletakkan butir-butir yang paling penting pada akhir berita, maka bagian itu tidak akan termuat.
  • Tulislah berita dan bukan pandangan (harus berdasarkan fakta).
  • Selalu periksa kembali ejaan nama orang.
  • Ketiklah siaran pers hanya pada satu sisi kertas saja dengan spasi rangkap. Berikan margin yang cukup pada semua sisi halaman.
  • Selalu beri tanggal pada siaran pers.
  • Selalu cantumkan nama kontak dan nomor telepon di siang hari pada bagian bawah siaran.
  • Buatlah siaran pers sesingkat mungkin.

Negosiasi


Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak - pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan. Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.
Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen kerjasama dan kompetisi. Termasuk di dalamnya, tindakan yang dilakukan ketika berkomunikasi, kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu.

Press Release

Press Release atau siaran pers menurut Soemirat dan Ardianto (2004) adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh Public Relations (PR) suatu organisasi/ perusahaan yang disampaikan kepada pengelola pers/ redaksi media massa (tv, radio, media cetak, media online) untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut.

      Penulisan press release layak muat apabila cara menulisnya seperti halnya wartawan menulis berita langsung (straight news) dengan gaya piramida terbalik (inverted pyramid). Dimulai dengan membuatlead/ teras berita/ kepala berita sebagai paragraf pertama yang mengandung unsur 5W + 1H (What: apa yang terjadi? Where: dimana terjadinya? When: kapan peristiwa tersebut terjad? Who: siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut? Why: mengapa peristiwa tersebut terjadi? How: bagaimana berlangsungnya peristiwa tersebut?).
     Penulisan dengan gaya piramida terbalik ini digunakan dengan alasan: Pertama, pembaca dikategorikan sebagai orang sibuk dan mempunyai waktu yang singkat untuk mendapatkan berita-berita yang faktual. Kedua, redaksi media massa harus memotong Press Release tersebut tanpa mengurangi isi pokoknya. Ketiga, redaksi tidak mempunyai cukup waktu untuk membaca keseluruhan Press Release. Sebelum redaksi memutuskan dibuang atau dipakai release tersebut, mereka harus tahu dengan cepat apa keseluruhan isi release itu (Cole dalam Soemirat dan Ardianto, 2004).


Berikut contoh press release:





Rabu, 08 Januari 2014

advertorial

first time ketika saya belajar membuat advertorial adalah karena tugas kuliah yang memaksa saya untuk bisa membuat advertorial suatu perusahan ataupun suatu perguruan tinggi. ketika saya memulai belajar membuat nya dengan langkah langkah awal yang ternyata tidak terlalu sulit membuat saya merasa sedikit ketagihan. yeah surely... i wanna do this for twice. akhirnya saya mencoba berkali kali hingga saya merasa sudah expert dalam membuat advertorial walaupun masih terlihat standart dan sederhana sekali design nya. well... i've try to make it better. hehe


 Untuk menulis advertorial sseyoganya melakukan tahapan berikut ini:
  1. Penulis (copy-writer) harus tahu benar materi yang akan ditulisnya. Misalnya, jika mau memperkenalkan produk, maka ia harus benar-benar paham akan seluk-beluk produk tersebut. Bila berupa makanan, sebaiknya mencoba makan makanan tersebut. Bila berupa kendaraan, sebaiknya mengendarai dulu kendaraan yang akan ditulisnya itu. Intinya, agar menjiwai – ini memicu kreativitas, sebagai langkah awal proses kreatif. Tapi, jika yang ditulis produk ‘terapan’ (misalnya spriral atau kondom) – penulis tak (harus) perlu mencoba, melainkan cukup  mengadakan survei ‘kecil-kecilan’ dengan metode interview kepada responden yang sudah diberi sample produk.
  2. Pelajari baik-baik ‘profil’ produk yang akan ditulis, agar mampu melukiskan detailnya. Dalami kelemahan dan kelebihannya. Walau dalam dunia periklanan adalah hal yang ‘tabu’ mengungkap sisi  kelemahan suatu produk. Yang ditonjolkan hanya kehebatannya dengan nilai ‘Nomor 1’
  3. Mencari kata-kata yang tepat untuk menuliskan pariwara tersebut dengan kriteria: produk tersebut sasarannya siapa?. ‘Siapa’ di sini  dibagi tiga aspek: segi ekonomi, pendidikan dan usia. Aspek-aspek tersebut untuk menentukan pemilihan kata yang akan digunakan untuk menulis. Misalnya, jika produk yang akan ditulis sasarannya pelajar tingkat SLTP-SLTA, dicitrakan kelas ekonomi metropolitan, maka bahasa yang dipilihnya tentunya ‘bahasa gaul’.
  4. Butir 3 perlu dirumuskan melakui brainstorming: (a) Merumuskan pemilihan kata; (b) menentukan gaya penulisan; (c) memutuskan berapa panjang tulisan (dalam jumlah kata) dan (d) tata-letak. Langkah-langkah perumusan ini harus benar-benar matang, apalagi jika produk yang ditawarkan diharapkan cepat booming di masyarakat. Untuk mencapai hasil optimal perlu tim yang solid.
  5. Setelah advertorial selesai ditulis, jangan buru-buru dipublikasi, melainkan harus diedarkan lebih dahulu kepada kelompok yang disebut ‘readers’ untuk menilainya. Jika harus direvisi, lakukan dengan happy. Begitu juga jika harus ditulis kembali (re-writing), jangan putus asa apalagi merasa ‘sakit hati’. Sebab, proses penulisan pariwara bukanlah menulis cerpen atau novel, melainkan melakukan ‘kegiatan bisnis’. Faktor komersial jadi komandannya.
Hindari SARA
Seorang penulis pariwara selain dituntut mampu menulis yang begitu catchy, juga harus berwawasan luas dan seyogyanya menguasai beberapa bahasa asing.  Hindari menulis pariwara yang mengundang polemik maupun  mengandung SARA. Sebaliknya, justru harus mampu menjadi ‘magnet’.
Seorang penulis pariwara harus mampu bersikap fleksibel, karena akan menghadapi berbagai permintaan klien yang ‘aneh-aneh’. Untuk memicu kreativitas perlu banyak membaca pariwara karya orang lain dalam berbagai bahasa. Selain itu juga sebagai perbandingan dan memperkaya kosa kata serta gaya penulisan, agar mampu  menciptakan karya yang khas dan spesifik